
JAKARTA – Memasuki usia 80 tahun kemerdekaan Indonesia, generasi muda bangsa tak sekadar ingin dihibur dengan parade dan pidato-pidato seremonial.
Bagi mereka, makna kemerdekaan sejati bukanlah sekadar nostalgia sejarah, tapi soal jaminan masa depan yang layak, adil, dan pasti.
Lapangan kerja yang terbuka luas, pendidikan yang berkualitas, layanan kesehatan yang memadai, kebebasan berekspresi yang dijamin negara, kepastian hukum yang adil tanpa pandang bulu, dan kesejahteraan nyata itulah tuntutan generasi muda hari ini.
Mereka tidak terkesan dengan janji-janji manis atau retorika para pemimpin yang tak diiringi dengan hasil nyata.
Generasi ini tumbuh dalam era digital yang penuh tantangan, penuh perbandingan global, dan berpikir kritis terhadap apa yang dikerjakan oleh pemerintah. Mereka adalah generasi pragmatis: lebih percaya pada kerja nyata ketimbang kata-kata.
Peringatan kemerdekaan ke-80 tahun ini semestinya menjadi momentum untuk menjawab tuntutan generasi bonus demografi yang jumlahnya sangat besar.
Jika diabaikan, bukan tidak mungkin potensi besar ini justru berubah menjadi bencana sosial: meningkatnya pengangguran terdidik, ketimpangan sosial, dan ketidakpercayaan terhadap negara.
Pesan mereka jelas: Pemerintah jangan main-main dengan masa depan kami.
Kami tak minta janji, kami menuntut bukti.*
Didi Irawadi Syamsuddin, S.H., LL.M, Politikus Partai Demokrat.
