
JAKARTA – Filsuf asal Yunani, Aristoteles mencetuskan ide kalau pemerintahan memiliki enam bentuk. Masing-masing dinamakan monarki, aristokrasi, politea, tirani, oligarki, dan demokrasi.
Dan bentuk-bentuk tersebut dikategorikan berdasarkan bentuk ‘sebenarnya’ dan bentuk ‘cacat’ atau ‘menyimpang’ dari suatu pemerintahan.
Dalam karangannya yang berjudul Politics, Aristoteles mengatakan kalau pemerintahan yang ‘sebenarnya’ memerintah demi kepentingan bersama.
“Bentuk pemerintahan yang sebenarnya, oleh karena itu, adalah pemerintahan yang dipimpin oleh satu orang, atau beberapa orang, atau banyak orang, dengan tujuan untuk (mencapai) kepentingan bersama,” tulisnya.
Sementara itu, bentuk pemerintahan yang menyimpang adalah yang dijalankan demi memenuhi kepentingan-kepentingan pribadi para penguasa.
“Tetapi pemerintahan yang memerintah demi kepentingan pribadi, baik untuk kepentingan satu pihak, segelintir orang, atau banyak pihak, adalah penyimpangan,” sambungnya.
Kemudian, Aristoteles menemukan tiga bentuk pemerintahan yang dijalankan demi memenuhi kepentingan bersama, yaitu monarki, aristokrasi, dan politeia.
Pemerintahan ‘sebenarnya’ yang dijalankan oleh satu orang disebut sebagai monarki. Upaya serupa yang dilakukan oleh segelintir orang terbaik di suatu negeri disebut aristokrasi
“Dari bentuk-bentuk pemerintahan yang diperintah oleh seseorang, kami menyebutnya yang memperhatikan kepentingan bersama, kedudukan sebagai raja, atau royalti,” katanya.
“Yang di dalamnya lebih dari satu, tetapi tidak banyak, yang memerintah, aristokrasi; dan disebut demikian, karena para penguasa adalah orang-orang terbaik, atau karena mereka mempunyai kepentingan terbaik bagi negara dan warga negara,” sambungnya.
Dan pemerintahan yang dilakukan oleh banyak orang warga negara disebut konstitusi atau politeia. “Namun ketika warga negara pada umumnya menjalankan negara untuk kepentingan bersama, maka pemerintahan disebut dengan nama umum—konstitusi.”
Tirani, oligarki, dan demokrasi
Sementara itu, bentuk pemerintahan yang menyimpang disebut tirani, oligarki, dan demokrasi. Bentuk-bentuk tersebut dijalankan untuk memenuhi kepentingan pribadi para penguasa.
Dalam tirani, Aristoteles menemukan kalau sang raja memerintah hanya untuk memenuhi kepentingan pribadinya saja.
“Tirani adalah sejenis monarki yang hanya mementingkan kepentingan raja saja,” ucapnya.
Selanjutnya, oligarki merupakan penyimpangan dari aristokrasi. Di dalamnya, segelintir orang kaya memenuhi kepentingannya mereka sendiri.
Terakhir demokrasi dipahami sebagai penyimpangan dari politea. Hal itu dijalankan hanya untuk memenuhi kepentingan orang miskin. Lagi-lagi kepentingan bersama diabaikan.
Aristoteles menekankan kalau tidak ada satu pun dari bentuk oligarki dan demokrasi yang bermanfaat bagi semua orang.
“Demokrasi, bagi mereka yang membutuhkan: tidak ada satupun yang memberikan manfaat bagi semua orang,” pungkasnya.*