60 views 7 mins 0 comments

Pejuang itu Telah Kembali, Obituari Suryadharma Ali

In Kolom
August 01, 2025

JAKARTA – Bagi saya, Mas Surya bukan hanya Ketua Umum. Beliau adalah kakak, mentor, sekaligus guru politik saya. Sejak membersamainya tahun 2002 sebagai Tenaga Ahli Komisi V DPR RI, di mana SDA adalah Ketuanya, cermat adalah sifat yang paling tepat untuk menggambarkan almarhum. 

Kalimat demi kalimat, titik, bahkan koma, dalam balutan spidol hijau, selalu menghiasi koreksi almarhum atas konsep-konsep yang saya buat. Tak jarang kami berdebat, tentang nilai rasa bahasa dari sebuah konsep. 

Sesaat setelah di fit and proper Pak SBY tahun 2004, almarhum menelepon saya. “Rom, bantu saya di Kemen-PAN ya” ujarnya. 

“Jangan. Saya nggak ngerti apa-apa soal Birokrasi, Mas,” jawab saya. 

“Sudahlah kita sama-sama belajar,” katanya. 

Untunglah tak lama kemudian SDA didapuk menjadi Menkop & UKM. Setelah perubahan jelang pelantikan itu, almarhum menelepon saya lagi. “Kali ini kamu nggak boleh nolak.”

Jadilah disiplin ilmu perkoperasian dan industri kecil yang saya geluti saat di DPR, menjadi bekal sebagai staf khususnya. 

Selama lima tahun di Kemenkop & UKM, saya merasa almarhum betul-betul mengkader, mendidik, dan membimbing saya, tanpa sekalipun saya lihat marah. Program-program baru Kemenkop UKM, lahir dari goresan tangan almarhum. Seperti “SMEsCo mart” yang masih bertahan di banyak tempat sebagai kemitraan peritel modern dengan koperasi. Atau gedung SMEsCo yang megah dan migunani di bilangan Gatsu, Jakarta Selatan.

Semua yang mengikuti perjalanannya dari dekat pasti bersaksi, SDA adalah pekerja keras dan family man. Di sela-sela aneka kunjungan dengan jadwal yang padat dan melelahkan, SDA selalu menyempatkan diri menelepon keluarga. Pernah di suatu penghujung malam selepas rapat Komisi V DPR, almarhum tak ada yang menjemput dan ‘menumpang’ mobil saya ke salah satu mall di bilangan Jaksel yang sudah hampir tutup. 

Saya tanya, “Cari apa, Mas?” 

“Bola. Untuk Raka”, satu-satunya anak lelakinya, dan sangat disayanginya. 

Pun sebulan sekali saya di akhir pekan hampir selalu menemani almarhum mengantarkan keluarga ke tempat liburan favorit mereka saat itu, Tanjung Lesung, Banten. Di hampir setiap konsinyir undang-undang jika diadakan di hotel, almarhum hampir selalu mengajak ketiga putrinya yang saat itu masih kecil, Chicha, Sherli dan Nadia, untuk berenang.

Selepas operasi by pass yang dijalaninya saat menjadi Ketua Komisi V DPR, almarhum selalu berolahraga treadmill. Tak jarang, saya menerima koreksi atas sebuah konsep sambil almarhum treadmill. Itulah gambaran betapa setiap saatnya, SDA tak pernah berhenti bekerja. Dan penghargaan atas waktu itulah yang juga membentuk saya hari ini.

Tahun 2007 adalah saat yang semakin mendongkrak SDA. Saya mengajukan pamit dari jabatan staf khusus karena aplikasi beasiswa Chevening saya ke Inggris diterima. Tapi almarhum melarang saya, karena memintanya dibantu maju sebagai Ketua Umum PPP. 

“Anak buah ibumu kan masih banyak yang jadi Ketua DPC yang kamu kenal,” demikian ujarnya. 

Walhasil, jadilah saya bersama sejumlah senior PPP seperti Suharso Monoarfa, Emron Pangkapi, Ermalena, Akhmad Muqowam, dan Lukman Saifuddin, berkelindan menjadi tim suksesnya. Kami berkeliling nusantara mendulang dukungan DPC PPP. Hasilnya? SDA menang tipis atas sejumlah rivalnya di Muktamar PPP di Ancol, Jakut. 

Saya pun diajak masuk ke kabinet Pengurus Harian DPP PPP selaku Wakil Sekjen I. Saat itu saya merasa almarhum betul-betul mengkader saya. Sepatutnya saya bukan urutan pertama, karena banyak wakil sekjen lainnya yang secara usia lebih senior. Tapi itulah SDA dengan determinismenya. Sejak itu, agenda keliling Indonesia bertambah: sebagai menteri dan sebagai ketua umum.

Dua kali saya mendampingi almarhum maju sebagai ketua umum di muktamar pada 2007 dan 2011. Di muktamar 2011 itu SDA mendesakkan ke formatur, “Sekjen saya Rommy.”

Setelah sempat kehilangan 20 kursi di 2009, alhamdulillah kerja keras SDA berhasil merebound PPP pada Pemilu 2014. Pasca Pilpres 2014, dinamika di tubuh PPP mulai menghangat. KMP (Koalisi Merah Putih) vs KIH (Koalisi Indonesia Hebat) yang mempolarisasi parlemen hingga berbulan-bulan tanpa sidang, turut membelah PPP. 

SDA berhadapan dengan mayoritas Dewan Pimpinan Wilayah (DPW). Saya yang semula berusaha berada di tengah, didapuk untuk memimpin perlawanan para Ketua DPW yang tidak setuju perpanjangan seteru Pilpres. 

Ya, SDA adalah Prabowo garis keras. Bahkan almarhum menghadiri kampanye akbar Partai Gerindra di Senayan sesaat sebelum Pemilu 2014 dilaksanakan. Di situ saya merasa sedih. Harus berhadapan dengan mentor dan guru politik saya. Namun itulah politik.

Sepanjang 2014-2016, PPP terbelah. Almarhum bersama Djan Faridz. Sementara saya berikut sejumlah senior yang semula bersama SDA, memimpin PPP membersamai pemerintahan Jokowi. Alhamdulilah pada bulan April 2016, terjadi Muktamar Ishlah di Asrama Haji. Hubungan kami pulih. 

Masa-masa sesudah itu saya disibukkan persiapan Pemilu 2019. Dan berikutnya, Covid. Hingga saya kembali bersilaturahmi dengan almarhum sejak pernikahan putri keduanya pada tahun 2022, Sherli. Beberapa bulan lalu, saya dan istri sempat makan malam bersama keluarga. Sampai kemudian saya mendapat kabar almarhum stroke dan dibawa ke RSPAD. Belum bisa dijenguk, menurut keluarga. 

Hari Rabu (30/7/2025) lalu, kami, para kader almarhum yang masih duduk di struktur DPP PPP, masih menggelar Majelis Dzikir di kediaman KH. Zarkasih Nur di Ciputat. Salah satunya mendapat berita bahwa SDA kembali dirawat di RS. Mayapada, Kuningan, Jaksel. Sudah saya niatkan betul Kamis pagi itu untuk menengok. Namun, setelah Subuh saya mendapat kabar bertubi-tubi melalui WA, SDA wafat. 

Kemarin (31/7) saya melayat. Saya melihat sejumlah pejabat, mantan pejabat, kerabat dan teman seperjuangan. Menteri Agama Nasarudin Umar, para mantan Menag dan menteri Koperasi, bahkan para mantan Wapres KH. Makruf Amin dan Jusuf Kalla juga melayat. Jangan ditanya berapa banyak kader-kader PPP yang melayat. Memberikan penghormatan terakhir kepada pria berkacamata yang super cermat, serius, dedikatif, dan sangat menyayangi keluarga. Organisator handal, pejuang partai, dan pejuang Islam. 

Selamat jalan mas Surya. Selamat jalan sahabat Suryadharma Ali. Saya tak akan menjadi seperti hari ini tanpa bimbingan panjenengan. Kami sangat menyayangimu. Tapi Allah SWT lebih menghendakimu untuk kembali. Semoga Allah SWT mengampuni dosamu, menerima seluruh amal ibadahmu, dan memberikan tempat yang terbaik di sisi-Nya. Amin.*

M. Romahurmuziy, Ketua Majelis Pertimbangan PPP 2022-2025.