
SYDNEY – Sekitar 90.000 pendemo, menurut kepolisian New South Wales, dan hingga 300.000 orang menurut penyelenggara, melakukan aksi unjuk rasa besar-besaran menyeberangi Sydney Harbour Bridge menyuarakan solidaritas terhadap rakyat Palestina.
Aksi yang diberi nama “March for Humanity” itu berlangsung pada Minggu siang (3/8) meski diguyur hujan deras. Para peserta membawa panci dan perlengkapan memasak kecil sebagai simbol kelaparan di Gaza, sambil meneriakkan slogan seperti “Ceasefire Now” dan “Free Palestine”, serta seruan agar pemerintah Australia resmi mengakui negara Palestina.

Baca juga:
Gunung Bur Ni Telong di Aceh Naik Status Jadi Waspada
Tokoh-tokoh nasional ikut ambil bagian, termasuk Julian Assange, mantan Menteri Luar Negeri Australia Bob Carr, dan anggota parlemen Ed Husic, menyampaikan dukungan moral terhadap demonstran. Dalam orasi, seorang pendemo yang bernama Doug menyuarakan: “Cukup sudah. Ketika orang-orang dari seluruh dunia berkumpul dan angkat bicara, maka kejahatan dapat diatasi.”
Meskipun berpotensi menimbulkan risiko keselamatan, acara tetap berjalan tertib. Kepolisian menutup jembatan sejak pukul 11.30 pagi dan mengalihkan rute massa untuk menghindari potensi crush. Lebih dari 1.100 petugas dikerahkan dalam pengamanan, dan tidak ada laporan korban cedera atau penahanan.
Dalam tanggapannya, Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyatakan dukungannya terhadap aksi damai dan penegasan solusi dua negara (two-state solution), namun belum menyatakan pengakuan resmi negara Palestina. Ia menegaskan bahwa tindakan agresif terhadap warga sipil di Gaza, termasuk penderitaan kelaparan dan pemboman fasilitas kesehatan.
Sementara itu, penyelenggara aksi—Palestine Action Group Sydney—menyoroti bahwa unjuk rasa ini mencerminkan kekecewaan publik terhadap kurangnya langkah konkret pemerintah dalam merespons krisis kemanusiaan Gaza. Mereka menyerukan agar Canberra segera membuka pintu diplomatik dengan mengakui negara Palestina secara de‑jure.
