
JAKARTA – Pengamat politik dan intelektual publik, Boni Hargens, secara resmi memasuki bursa pemilihan Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) periode 2025-2028.
Pencalonannya membawa sebuah visi yang berbeda, yakni mentransformasikan ILUNI UI menjadi “katalis perubahan sosial dan kebangsaan”. Visi ini menempatkan organisasi alumni sebagai kekuatan pemikiran yang aktif berkontribusi pada wacana dan kebijakan nasional.
Sebagai alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI, Boni menawarkan gagasan yang berakar kuat pada latar belakang akademisnya. Ia meraih gelar Ph.D. dari Walden University, AS, dengan disertasi yang menganalisis praktik kartelisasi oligarki dalam politik Indonesia.
Baca juga:
Kongres PDIP Di Bali
Landasan intelektual inilah yang tampaknya mendorong platformnya, yang diusung melalui slogan-slogan seperti: #PembangunanNasional, #StrategiBangsa, dan #PemikiranProgresif.
“Saya ingin memperkuat kemitraan strategis ILUNI UI,” ujar Boni dalam sebuah pernyataan, mengindikasikan niatnya untuk membangun kolaborasi antara para pakar alumni dengan berbagai pemangku kepentingan guna mewujudkan gagasannya.
Rekam jejak Boni Hargens mencakup peran sebagai Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI), anggota Dewan Pengawas LKBN ANTARA (2016-2017), dan analis di Kantor Staf Khusus Presiden (2016-2019). Pengalaman sebagai akademisi kritis sekaligus praktisi di lingkaran pemerintahan ini membentuk profil unik “insider-outsider” yang membedakannya dari kandidat lain.
Kontestasi kali ini menampilkan pertarungan narasi yang tajam. Visi “intelektual-aktivis” Boni Hargens akan berhadapan dengan platform lain yang lebih berfokus pada program internal dan pemberdayaan anggota.
Kandidat seperti Dewi Puspitorini (FK) mengusung platform “profesional-modernisator” yang menekankan digitalisasi dan penguatan jaringan global , sementara Pradana Indraputra (FEB) menawarkan narasi “komunitas-konektor” yang berfokus pada solidaritas dan kolaborasi antar-alumni.
Keberhasilan Boni akan bergantung pada kemampuannya menerjemahkan visi besarnya menjadi program kerja yang konkret dan relevan bagi ratusan ribu alumni UI. Selain itu, tantangan utamanya adalah membangun koalisi yang solid dengan ILUNI tingkat fakultas yang memiliki pengaruh signifikan dalam struktur organisasi.
Baca juga:
Pemerintahan Prabowo Catat Stabilitas Politik 70,8 Persen
Pemilihan yang akan diselenggarakan secara daring melalui aplikasi UI Connect ini pada akhirnya menyajikan sebuah pilihan fundamental bagi para alumni: apakah mereka menginginkan ILUNI UI yang fokus pada layanan anggota, atau sebuah ILUNI UI yang mengambil peran lebih besar sebagai kekuatan intelektual di panggung nasional.
Meski punya visi besar dan nama dikenal publik, langkah Boni Hargens menuju kursi Ketua Umum ILUNI UI tak mudah. Tantangan utamanya adalah mengubah gagasan besar menjadi program nyata yang terasa manfaatnya bagi para alumni. Tanpa detail program yang jelas, visinya bisa dianggap terlalu elitis dan jauh dari kebutuhan alumni yang lebih fokus pada karier dan jejaring.
Peta politik internal ILUNI UI juga rumit. Dukungan dari FISIP saja tak cukup. Koalisi dengan ILUNI fakultas lain, wilayah, dan chapter jadi kunci kemenangan. Sejumlah ILUNI fakultas, seperti FEB, dikenal independen dan punya kekuatan tawar sendiri. Dengan pemilihan dilakukan lewat aplikasi UI Connect, strategi kampanye digital yang tepat sangat dibutuhkan untuk menarik suara.*
