
JAKARTA – Peneliti NEXT Indonesia, Herry Gunawan, menyebut kasus mafia migas Muhammad Riza Chalid yang disampaikan oleh Kejaksaan Agung termasuk dalam proses hilir dari Industri migas Indonesia.
“Kalau mau kita lihat kasus korupsi Migas ini harus kita lihat di mana letaknya seperti processing yang Pertamina Kilang International dan kalau di hilir itu Pertamina Patra Niaga,” ujarnya di Unpacking Indonesia – Zulfan Lindan.
Herry menyebut Riza “bermain” di wilayah hilir karena sektor tersebut jarang terlihat orang. Sektor hilir merupakan proses penyaluran BBM baik subsidi maupun non-subsidi.
“Berbeda dengan khasus Riza Chalid yang banyak di hulu. Kasus ini juga melibatkan proses pengoplosan dengan memanipulasi margin yang ada,” kata Herry.
Sementara itu, wartawan senior Kisman Latumakulita menyebut sektor tata kelola migas di Indonesia carut-marut karena orang berlomba-lomba untuk korup.
“Tata kelola migas kita terus-menerus mengeluarkan regenerasi mafia, tentu ini tugas Kejaksaan Agung untuk memberantas dari akarnya. Dan penguasa regulasi juga harus diperiksa agar memutus persekongkolan jahat ini,” tegas Kisman.
Menurut Kisman, penurunan keuntungan Pertamina di tahun ini berkisar Rp 40 triliun, berbeda dengan tahun sebelumnya yang berada di angka Rp 70 triliun. Hal ini tidak sebanding dengan kenaikan biaya pokok yang dikeluarkan Pertamina.*
