49 views 2 mins 0 comments

Protes Kontrak Cloud dengan Israel, Kantor Microsoft Didemo

In Internasional, Tekno
August 27, 2025

JAKARTA – Aksi protes menentang kontrak teknologi dengan Israel mencapai eskalasi baru saat sekelompok demonstran menyerbu kantor pusat Microsoft di Redmond, Amerika Serikat, pada Senin (25/8). Para aktivis yang menamakan diri “No Azure for Apartheid” berhasil menerobos masuk dan menduduki ruang kerja Presiden Microsoft, Brad Smith, untuk menuntut penghentian kerja sama komputasi awan (cloud) perusahaan dengan Israel.

Dalam aksi yang disiarkan langsung melalui platform Twitch, para demonstran yang terdiri dari karyawan aktif dan mantan karyawan Microsoft membentangkan spanduk dan meneriakkan slogan. “Brad Smith, kau tidak bisa bersembunyi, kau mendukung genosida!” seru mereka, seperti dilaporkan TechCrunch, Selasa (26/8). Mereka juga mengunggah surat panggilan pengadilan tiruan yang menuduh Smith terlibat dalam kejahatan terhadap kemanusiaan.

Baca juga:
Microsoft Xbox Ally Resmi Rilis 16 Oktober

Protes ini merupakan puncak dari penolakan selama berbulan-bulan terhadap kontrak Microsoft, yang dituduh para aktivis mendukung tindakan genosida Israel terhadap warga Palestina di Gaza. Aksi ini diperkuat oleh hasil investigasi media The Guardian baru-baru ini, yang mengungkap dugaan penggunaan layanan Microsoft oleh Israel untuk menyimpan data hasil penyadapan jutaan panggilan telepon warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat.

Aksi pendudukan kantor serupa sebelumnya juga terjadi di raksasa teknologi lain, Google, yang dilakukan oleh para karyawannya sendiri. Mereka menuntut penghentian “Project Nimbus”, sebuah kontrak senilai 1,2 miliar dolar AS bersama Amazon untuk menyediakan layanan komputasi awan dan kecerdasan buatan (AI) bagi pemerintah serta militer Israel.

Pada April 2024, sembilan karyawan Google menggelar aksi duduk terkoordinasi, termasuk di kantor CEO Google Cloud, Thomas Kurian, selama sembilan jam. Aksi yang juga disiarkan langsung itu berujung pada penangkapan dan pemecatan 28 karyawan yang terlibat, menunjukkan sikap tegas perusahaan terhadap aktivisme internal semacam ini.