37 views 2 mins 0 comments

Rupiah Berpotensi Melemah Terbatas di Tengah Tekanan Risk-Off

In Ekonomi, Finansial
September 02, 2025

JAKARTA – Nilai tukar (kurs) Rupiah dibuka melemah tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (2/9) pagi. Sentimen risk-off akibat dinamika politik dalam negeri menjadi penekan utama, namun pelemahan lebih lanjut tertahan oleh ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga bank sentral AS, The Fed.

Pada pembukaan pasar spot, kurs Rupiah melemah 7 poin atau 0,04 persen ke level Rp16.426 per dolar AS, dari posisi penutupan hari sebelumnya di Rp16.419 per dolar AS.

Analis mata uang dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, memperkirakan pergerakan Rupiah hari ini akan cenderung berkonsolidasi dengan potensi pelemahan yang terbatas. Menurutnya, ada dua sentimen besar yang saling tarik-menarik di pasar.

“Rupiah diperkirakan akan berkonsolidasi dengan potensi melemah terbatas terhadap dolar AS, walau masih tertekan sentimen risk-off domestik dari demonstrasi. Namun, dolar AS juga masih tertekan oleh prospek pemangkasan suku bunga The Fed,” kata Lukman kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.

Baca juga:
IHSG Dibuka Menguat di Tengah Sentimen Politik

Ia memproyeksikan kurs Rupiah akan bergerak dalam rentang Rp16.350 hingga Rp16.500 per dolar AS. “Walau demonstrasi sudah mulai terkendali, namun sentimen domestik masih belum bisa langsung pulih,” tambahnya.

Tekanan terhadap dolar AS muncul dari ekspektasi kuat bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuannya pada bulan ini setelah mempertahankannya selama sembilan bulan terakhir. Pasar memperkirakan probabilitas pemangkasan suku bunga bulan ini mencapai 87 persen, yang akan membawa suku bunga acuan ke kisaran 4,00-4,25 persen.

Sinyal penurunan suku bunga ini telah disampaikan oleh para petinggi The Fed dalam pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) terakhir dan dalam Simposium Kebijakan Ekonomi Jackson Hole, AS.

Untuk saat ini, menurut Lukman, investor cenderung mengambil sikap wait and see menjelang rilis data-data ekonomi penting dari AS pekan ini, seperti data Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur dan Jasa, serta data ketenagakerjaan Non-Farm Payrolls (NFP).