JAKARTA – Analis rantai pasok Apple ternama, Ming-Chi Kuo, memprediksi bahwa ponsel lipat pertama dari Apple, yang sementara ini dikenal sebagai “iPhone Fold”, tidak akan mengadopsi teknologi sensor sidik jari di dalam layar. Sebaliknya, Kuo meyakini Apple akan tetap menggunakan sensor Touch ID yang dipasang di bagian samping perangkat.
Dalam sebuah cuitan di platform media sosial X pada Senin (1/9), Kuo membantah rumor yang beredar di pasar mengenai penggunaan sensor sidik jari ultrasonik di bawah layar (under-display). Ia menegaskan kembali prediksinya enam bulan lalu bahwa Apple akan memilih teknologi sensor kapasitif yang lebih konvensional di tombol samping.
“Enam bulan lalu saya memprediksi bahwa ponsel lipat iPhone akan mengusung Touch ID di bagian samping. Saat ini ada rumor di pasar yang menyebutkan ponsel ini menggunakan sensor sidik jari ultrasonik di bawah layar. Saya rasa kemungkinan kecil hal itu terjadi,” tulis Kuo.
Baca juga:
iOS 26 Terbaru dari Nada Dering Baru dan Batal Rubah Gestur Kamera
Kuo memperkuat analisisnya dengan menyebut salah satu pemasok Apple, Luxshare ICT, sebagai perusahaan yang diperkirakan akan menyuplai modul Touch ID samping untuk iPhone lipat tersebut. Menurutnya, penggunaan sensor di bawah layar akan menjadi rumit karena iPhone Fold kemungkinan membutuhkan dua pemindai terpisah, satu untuk layar utama dan satu untuk layar sampul. Pilihan sensor di samping juga dinilai masuk akal, mengingat Apple telah menerapkan teknologi serupa pada jajaran produk iPad terbarunya.
Sementara itu, berbagai rumor lain mengenai iPhone Fold terus bermunculan. Perangkat ini diperkirakan akan meluncur pada akhir tahun 2026 dengan desain lipatan menyerupai buku seperti Samsung Galaxy Z Fold, bukan model clamshell.
Dari sisi spesifikasi, Kuo menyebut iPhone Fold akan memiliki layar sampul berukuran sekitar 5,5 inci (13,97 cm) dan layar utama yang bisa dibuka hingga seluas 7,8 inci (19,8 cm), mirip dengan ukuran iPad mini. Meskipun diperkirakan akan mengguncang pasar, iPhone Fold diprediksi akan dibanderol dengan harga premium, yakni antara 2.000 hingga 2.500 dolar AS (sekitar Rp32 juta hingga Rp40 jutaan).
