23 views 2 mins 0 comments

Peringati Hari Tani, Puluhan Ribu Petani Siap ‘Geruduk’ Jakarta

In Nasional
September 22, 2025

JAKARTA – Puluhan ribu petani dari berbagai penjuru Indonesia akan menggelar aksi unjuk rasa serentak pada peringatan Hari Tani Nasional, Rabu (24/9) mendatang. Mereka menuntut pemerintah untuk segera menuntaskan krisis agraria struktural dan menjalankan reforma agraria sejati yang selama ini dinilai telah gagal.

Sekretaris Jenderal Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), Dewi Kartika, menyatakan aksi ini akan diikuti oleh sekitar 25.000 petani di seluruh Indonesia. Khusus di Jakarta, sebanyak 12.000 petani dari Jawa Barat dan Banten akan bergerak menuju Gedung DPR RI bersama aliansi buruh, mahasiswa, dan masyarakat sipil.

“Melalui aksi ini, para petani akan menyampaikan sembilan tuntutan perbaikan atas 24 masalah struktural agraria akibat 65 tahun UUPA 1960 yang tidak dijalankan lintas rezim pemerintahan,” kata Dewi dalam pernyataan resminya, Minggu (21/9/2025).

Baca juga:
Serapan Pupuk Subsidi Rendah, Anggota DPR Cabut Izin Distributor ‘Nakal’

Dewi menyoroti kegagalan Gugus Tugas Reforma Agraria (GTRA) yang dibentuk pada era pemerintahan sebelumnya. Menurutnya, gugus tugas tersebut tidak efektif dan hanya menghabiskan anggaran negara tanpa memberikan solusi konkret bagi konflik agraria.

Kondisi ini, lanjutnya, justru memperparah ketimpangan penguasaan tanah. Mengutip data indeks ketimpangan, Dewi menyebut satu persen kelompok elit di Indonesia kini menguasai 58 persen tanah dan sumber daya alam. “Akibatnya, selama sepuluh tahun terakhir, sedikitnya terjadi 3.234 letusan konflik agraria yang berdampak pada 1,8 juta keluarga yang kehilangan tanah dan mata pencaharian,” tegasnya.

Perjuangan ini juga disuarakan oleh generasi muda petani. May Putri Evitasari dari Paguyuban Petani Aryo Blitar mengatakan, ketiadaan lahan bagi orang tua mereka memaksa generasi muda untuk meninggalkan desa dan menjadi pekerja di kota atau luar negeri. “Kami di desa sangat kesulitan mengakses pendidikan yang layak, tapi di sisi lain tanah orangtua kami tidak ada lagi. Ini sesuatu yang sesungguhnya tidak kami inginkan,” kata May.