20 views 2 mins 0 comments

Rupiah Berpotensi Menguat di Tengah Ancaman Shutdown Pemerintah AS

In Ekonomi
October 01, 2025

JAKARTA – Nilai tukar rupiah diprediksi akan menguat terhadap dolar AS seiring semakin pastinya penutupan (shutdown) pemerintah federal Amerika Serikat yang diperkirakan terjadi hari ini. Kebuntuan politik di Kongres AS terkait anggaran federal menjadi pemicu utama yang berpotensi menekan nilai dolar di pasar global.

Pemerintah federal AS akan menghentikan operasionalnya pada pukul 00:00 waktu setempat (12:00 WIB), jika Kongres gagal menyetujui Rancangan Undang-Undang (RUU) anggaran darurat dalam beberapa jam ke depan.

Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova, memperkirakan sentimen global ini akan mendorong penguatan rupiah. “Rupiah pada perdagangan hari ini diperkirakan menguat di kisaran sempit Rp16.620-Rp16.670, dipengaruhi oleh tren penurunan indeks dolar sehubungan dengan shutdown pemerintah federal AS,” ujarnya di Jakarta, Rabu (1/10/2025).

Baca juga:
Fabrikasi Data Pertumbuhan Ekonomi

Ancaman shutdown ini menjadi nyata setelah Senat AS pada Selasa (30/9/2025) malam gagal meloloskan RUU belanja jangka pendek yang diajukan Partai Republik. RUU tersebut tidak mencapai ambang batas 60 suara yang dibutuhkan setelah faksi Demokrat memblokirnya. Ini akan menjadi penutupan pemerintah federal pertama dalam hampir tujuh tahun terakhir.

Negosiasi antara kedua partai menemui jalan buntu, terutama pada isu tunjangan kesehatan. Partai Demokrat menuntut perpanjangan subsidi untuk Undang-Undang Perawatan Terjangkau (Affordable Care Act) dan pemulihan cakupan layanan bagi imigran legal tertentu, termasuk pengungsi dan pencari suaka. Sementara itu, Partai Republik menolak tuntutan tersebut dan mendorong perpanjangan anggaran di level saat ini untuk memberi lebih banyak waktu negosiasi.

Rully menjelaskan bahwa shutdown ini akan berdampak langsung pada pasar keuangan. “Dalam jangka pendek, ini berakibat pada penundaan rilis data tenaga kerja AS, sehingga akan menimbulkan ketidakpastian kebijakan bunga The Fed. Dalam jangka menengah panjang, akan menekan indeks dolar dan membuka ruang penguatan rupiah,” jelasnya.

Di sisi lain, pergerakan rupiah hari ini juga dipengaruhi oleh sikap pelaku pasar yang menantikan rilis data inflasi dan neraca perdagangan Indonesia. “Inflasi September diperkirakan terkendali dan neraca perdagangan masih akan mencatatkan surplus,” tambah Rully.

Meskipun ada potensi penguatan, pada pembukaan perdagangan Rabu pagi, nilai tukar rupiah tercatat melemah tipis 9 poin atau 0,05 persen ke level Rp16.674 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di Rp16.665 per dolar AS.