
JAKARTA – Ketua Umum Lingkar Nusantara Prabowo (LISAN Prabowo), Hendarsam Marantoko, menyebut Prabowo Subianto sebagai sosok presiden yang memang tepat untuk memimpin bangsa ini dalam beberapa tahun mendatang.
Menurutnya, mantan Danjen Kopassus itu memiliki kepedulian yang tinggi terhadap bangsa, negara, dan rakyat Indonesia.
“Dan semua janji-janji beliau sejak beberapa tahun lalu—jika terpilih sebagai pemimpin negeri ini—kini beliau wujudkan,” kata Hendarsam kala berbincang-bincang dengan Unpackingindonesia.com di ruang kerjanya, di bilangan Jakarta Selatan.
Hendarsam secara tegas menyatakan diri sebagai anak ideologis Sang Jenderal. Bahkan ia telah membaca semua buku Prabowo tentang Paradoks Indonesia. “Jangan mengaku sebagai kader Prabowo jika belum membaca dan memahami Paradoks Indonesia,” ujarnya.
Berikut perbincangan lengkap dengan pria muda yang juga dikenal sebagai pengacara pribadi Prabowo Subianto ini.
Apa sebenarnya LISAN ini?
Sebenarnya begini, Lingkar Nusantara (LISAN) ini didirikan memang pada awal kita mendapatkan tantangan ke depan untuk masalah pilpres di 2024 kemarin. Bahwa saya pribadi pada saat itu kan memang perahu saya itu di ACTA (Advokat Cinta Tanah Air).
Cuma akta itu dengan berbagai, saya tidak mengatakan akta itu masih ada atau tidak ada ya, masih sampai saat ini. Artinya, saya kan wakil ketua umum di situ, tapi saya merasa bahwa saya tidak akan leluasa bergerak kalau saya menggunakan ACTA.
Oleh karena itu, saya harus mempunyai perahu saya sendiri. Jadi akhirnya kita membuat Lingkar Nusantara ini. Ini kan melalui perbincangan yang panjang, kurang lebih lima bulan sebelum Pilpres 2024 lalu. Baru banget sebenarnya. Awalnya kita dengan teman-teman seniman sebenarnya.
Jadi pada saat itu teman-teman seniman dengan musisi. Kebetulan waktu Sekjen kita itu kan musisi juga. Kita ingin menggabungkan antara aktivis politik tapi juga dari sisi seninya. Maka namanya kan Lingkar Nusantara. Kita tidak terlalu kiri, juga tidak terlalu kanan.
Seiring dengan berjalannya waktu, launching kita, pada saat itu kita masuk sebagai relawan di rumah besar relawan (Prabowo) di Slipi. Kita masuk ke situ, terdaftar di sana. Launching kita itu juga memang sangat, mungkin one of the best-lah ya, karena memang dirancang dari teman-teman. Di September 2023 kalau nggak salah.
Kemudian setelah itu kita bergulir, namanya sebuah organisasi itu, dalam pergerakan politiknya mencari format yang tepat, yang sesuai. Ya ternyata memang Lingkar Nusantara itu terlalu panjang namanya, kita singkat menjadi LISAN. Kemudian kita buat beberapa divisi.
Ada divisi seni dan divisi advokatnya. Divisi advokat namanya Advokat LISAN. Kemarin kita banyak bergerak di Mahkamah Konstitusi (MK). Jadi orang tahunya LISAN itu identiknya memang organisasi advokat. Advokat LISAN merupakan salah satu divisi di LISAN.
Kita adalah organisasi relawan yang pertama kali me-launching dukungan terhadap Prabowo-Gibran. Jadi kita organisasi pertama atau relawan pertama yang mendukung Gibran untuk mendampingi Pak Prabowo. Itu sebelum ada putusan MK.
Kita sebenarnya sudah lama—terlepas dari saat ini bagaimana orang bicara tentang Gibran—mendukung Gibran. Prabowo harus juga memiliki sosok muda yang bisa mendampingi. Karena dalam perhitungan kita, pemilih pemula itu mendekati 42 persen. Tentunya itu sangat signifikan. Jadi suasana kebatinan perhitungan kita pada saat itu memang seperti itu.
Ada komunikasi dengan Gibran saat itu?
Nggak ada. Kita telepati aja, jalan aja. Kita deklarasi Gibran. Orang-orang kan masih pada takut. Takut salah pilihlah, salah ini. Nah kita yang deklarasi pertama kali. Kamis kita deklarasi, Senin putusan MK menyatakan Gibran boleh maju.
Ketika deklarasi itu ada respons dari Gibran atau timnya?
Tidak ada. Kita Prabowo sentrislah. Cuma kita melihat bahwa Gibran adalah kepingan puzzle Pak Prabowo untuk memenangkan itu. Kita berpikirnya seperti itu. Keluar keputusan MK No. 90 itu, yang menyatakan bahwa yang berusia di bawah 40 tahun tapi sudah pernah menjabat bisa maju. Jalanlah kita.
Jadi pergerakan kita itu memang kita bentuk di pusat, kita bentuk juga di daerah-daerah. Cukup masif dan terus berjalan sampai pada akhir. Di rumah besar relawan itu ada sekitar 400-500-an orang. Relawan-relawan yang tergabung di rumah besar relawan di Slipi.
Berdasarkan hasil survei yang dibuat oleh teman-teman dari luar dan juga dari internal Gerindra pada saat itu, kita (LISAN) itu di posisi sembilan relawan yang sering dibicarakan dan sering muncul. Bisa dikatakan kita salah satunya. Ujungnya kita ini pada saat setelah Pilpres, kita peringkat 11 dari 450-an lebih relawan.
Dengan sumber daya kita yang sangat terbatas dan waktu kita yang sangat sempit cuma lima bulan. Bandingkan dengan yang lain-lain dengan peralatan tempur yang sudah lengkap. Kita cuma bambu runcing ini, pendanaan yang sangat minim, tapi kita memang cuma punya militansi saja. Militansi dan bagaimana kita bisa menggerakkan mesin ini. Bahwa kalau dulu ibaratnya gini, saya beranggapan bahwa ini kan organisasi ini seperti mesin, pergerakan kita seperti mesin.
Kalau dengan jangka waktu empat bulan, bagaimana caranya kita supaya bisa signifikan dalam bergerak. Kalau yang lain mungkin sekarang sudah lama, ya dia sudah gasnya 60 km per jam. Tapi kita nggak bisa gitu. Mesin kita harus kita gas sampai 140 km per jam. Artinya mesin harus panas. Terpaksa mesinnya harus panas. Karena kita untuk mengubah ketinggalan itu dari sumber daya, biaya, infrastruktur dan segala macam. Jadi kita masif sekali pergerakannya.
