
Berarti seluruh Indonesia sudah kepengurusan?
Sudah ada. Jadi pengurus-pengurus DPD kita sudah bentuk, tapi memang ada sekitar dari 38 itu sekitar 28 sudah terbentuk di seluruh Indonesia. Kemudian ada di beberapa kabupaten, menyebar di beberapa kabupaten dan kota. Tapi tentunya ini belum sempurna waktu. Masih muda banget, tapi kita patut berbanggalah.
Kita bisa disandingkan dengan teman-teman yang sudah begitu jauh. Kita kasih babu runcing aja bisa melawan Projo yang sudah belasan tahun kan. Jadi itu merupakan sesuatu kebanggaan tersendiri buat kita. Bagaimana kita dengan hal yang kecil, modal yang kecil, kita bisa terus jalan.
Kira-kira di seluruh Indonesia saat ini berapa jumlah relawan LISAN?
Dalam angka ribuan sih ya. Kalau di pengurus itu sudah ada sekitar 3.500 pengurus. Nanti kita akan mengadakan munas, kita sortir. Cuma begini, saya tidak mau juga bermimpi kayak Projo, kayak yang lain.
Saya ingin organisasi itu kecil tapi matil. Artinya efektif, karena saya tidak bermimpi juga punya relawan yang massa ya. Bukan di situ. Kita ingin yang militan, artinya satu suara. Bukan hanya angka. Kita lebih ke kualitas dibanding kuantitas, makanya saya mau ada LISAN Institut.
Kenapa saya nggak ingin besar, karena saya nggak mau banyak drama nantinya. Jadi lebih baik tidak terlalu besar tapi yang penting kualitas. Zaman berubah, nah itu sebenarnya kita tangkap bahwa kualitas itu lebih penting dibanding kuantitas menurut kita.
Jadi kita ingin menghadirkan anggota-anggota kita yang berkualitas. Bahwa LISAN itu kemudian agak sedikit bertransformasi, saya tambahkan LISAN Prabowo gitu. Karena memang kita ingin menjadi sebagai penyambung lidah, penyambung pemikiran dari seorang Prabowo Subianto.
Kita ingin bahwa buku Paradoks Indonesia dan solusinya itu adalah buku suci politik daripada LISAN itu sendiri nanti. Makanya kita godok pemikiran-pemikiran beliau itu, kita bisa implementasikan itu ke depan sampai dengan setidak-tidaknya 2045. Itu penting sekali menurut saya.
Pak Prabowo itu punya ideologi yang sangat kental dan sangat mempunyai ciri khas sekali. Apa yang sudah dijalankan selama hampir tujuh bulan pemerintahan, itu ideologi-ideologi beliau yang memang sudah dari tahun berpuluh-puluh tahun lalu dan dituangkan dalam bukunya, itu dia jalankan. Itu semua terimplementasikan.
Prabowo menyatakan bahwa Indonesia ini ada paradoksnya, tapi dia punya solusinya. Itu yang penting. Jadi fondasi pembangunan kita ini, ekonomi untuk rakyat di Indonesia ini konkret di dalam bukunya. Kenapa begitu? Karena Indonesia harus bertransformasi.
Itu dimulai dari kapan? Bukan mulai dari Prabowo dan penerusnya saja, tapi dari Jokowi ke Prabowo. Dari SBY ke Jokowi, Jokowi ke Prabowo sampai akhirnya 2045. Ini kalau kita lihat, buku (Paradoks Indonesia) ini sudah seperti GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) kitalah. Ini GBHN sampai kita nanti menuju 2040. Ini semacam buku panduan kita sampai 2040. Dan jangan sampai melenceng dari sini.
Soal kepemimpinan bagaimana?
Ada satu lagi buku kepemimpinan militer dari Prabowo. Nah itu penting juga buat panduan teman-teman di kabinet. Bagaimana cara beliau memimpin sebenarnya. Bukan kepemimpinan militer ya. Bagaimana gaya beliau memimpin. Satu, orangnya disiplin.
Jadi kalau ibaratnya kalian biasa suka datang-datang telat, nggak mungkin bisa jadi pembantunya Prabowo. Iya, kan? Setengah jam minimal sebelum rapat kabinet dimulai, beliau udah standby di situ. Jadi tiga buku itu merupakan sesuatu hal yang khas dari kepimpinan beliau. Tiga buku ini sebenarnya sudah lebih dari cukup ya. Tinggal kita menjabarkannya saja.
Jadi pengikut Prabowo harus baca dan paham soal buku itu?
Saya kan selalu bilang, kalau mau ikut apa kata Prabowo, Anda harus baca tiga buku itu dan pahami.
Anda sendiri bagaimana, sudah membacanya?
Tentu saja. Saya tidak pernah ditegur tuh kalau memberikan statement, memberikan segala macam. Karena saya tahu isi kepala beliau. Saya tahu maunya di ideologi beliau. Saya tahu rencana-rencana beliau ke depan. Dan saya tahu style beliau. Saya punya telepati dengan beliau. Karena buku-buku itu pegangannya. Kalau mau dikatakan, saya anak ideologisnya. Karena saya nggak pernah sekalipun ditegur. Nggak harus selalu izin. Ini saya salah nggak ngomong, nggak ada. Saya ngomong memang seperti itu.
