
JAKARTA – Puluhan kapal kemanusiaan yang tergabung dalam konvoi Global Sumud Flotilla (GSF) dibajak oleh pasukan angkatan laut Israel pada Rabu (1/10/2025) malam waktu setempat. Pembajakan kapal ini terjadi di perairan internasional di Laut Mediterania.
Indonesia Global Peace Convoy (IGPC) menilai pembajakan kapal dan penculikan para aktivis ini sebagai tindakan kebiadaban dan kecerobohan tentara Israel terhadap misi kemanusiaan yang mengusung slogan “non-violence” atau tanpa kekerasan.
“Misi utama mereka adalah mendobrak blokade Israel di Gaza dan membuka koridor bantuan kemanusiaan melalui jalur laut,” kata Presidium IGPC, Syamsul Ardiansyah, dalam konferensi pers di Hotel Sofyan, Jakarta, Rabu (2/10/2025).
Ia menambahkan, IGPC merupakan konsorsium lembaga kemanusiaan di Indonesia yang terafiliasi dengan gerakan kemanusiaan GSF mengutuk keras tindakan penculikan dan pembajakan kapal kemanusiaan GSF yang dilakukan oleh tentara zionis Israel di pelarian internasional.
Baca juga:
Malaysia Kecam Israel, Tuntut Pembebasan 23 Relawan
“GSF adalah inisiatif damai tanpa kekerasan dengan tujuan untuk membuka blokade ilegal Israel serta menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Gaza di tengah situasi genosida. Oleh karena itu, tindakan penghadangan, perampasan dan penculikan aktivis internasional oleh militer Israel merupakan pelanggaran serius terhadap hukum humaniter internasional dan hukum laut internasional,” tegas Syamsul.
IGPC mendesak Israel untuk segera membebaskan tanpa syarat dan sesegera mungkin seluruh aktivis yang diculik, serta menarik mundur kapal-kapal perang mereka yang saat ini menghadang rombongan GSF. IGPC juga menuntut pengakhiran blokade kemanusiaan terhadap Gaza dan penarikan seluruh pasukan Israel dari tanah Palestina.
“Serta menyatakan bahwa setiap laki-laki, perempuan, maupun anak-anak berhak atas perlindungan dan bantuan kemanusiaan demi kehidupan yang bermartabat,” lanjut Syamsul.
IGPC juga mengimbau pemerintah Indonesia dan semua negara untuk memberikan tekanan politik dan diplomatik terhadap Israel serta mengambil langkah nyata untuk menghentikan genosida di Gaza. IGPC menegaskan bahwa perjuangan kemanusiaan tidak boleh dibungkam, dan dunia internasional wajib bertindak untuk menghentikan kejahatan perang yang dilakukan oleh Israel.
Koordinator IGPC, Muhammad Husein, yang saat ini masih berada di Siprus, Yunani, menuturkan dirinya masih berada di Kapal Observer “Summer Time Jong”. Terdapat 21 orang aktivis kemanusiaan yang bersama Husein di Kapal Observer tersebut.
“Alhamdulillah, saat ini kondisi kami dan 21 aktivis yang ada di Kapal Summer Time Jong dalam keadaan baik,” tuturnya melalui saluran video. Menurut Husein, pembajakan kapal-kapal GSF terjadi pada Rabu (1/9/2025) pukul 20.00 waktu setempat.
“Dari semalam pukul 20.00 kapal-kapal IDF, angkatan laut Israel, mendekat ke rombongan yang sudah berada di area zona merah. Kemudian jam 21.00 kita mendengar ada kabar pembajakan terhadap Kapal Alma dan kapal lainnya. Dan sejauh ini yang bisa kita konfirmasi dari teman-teman di lapangan, yang benar-benar dibajak sekitar 22 kapal,” tutur Husein.
Sementara 18 kapal lainnya, kata Husein, juga kehilangan jejak dan tidak bisa diandalkan berdasarkan flotilla tracker. Sebab, pihak Israel telah mengacaukan sistem komunikasi yang telah dipasang di kapal-kapal tersebut.
“Sejak saat ini, teman-teman yang diculik dari kapal-kapal yang dibajak itu belum diketahui di mana lokasinya. Kemungkinan besar dibawa ke Pelabuhan Ashdod, Israel,” ungkapnya.
Husein menambahkan, hingga kini belum ada diplomat yang diperbolehkan untuk mendatangi wilayah Ashdod. Sejumlah pengacara juga telah disiapkan GSF untuk membantu para aktivis yang diculik Israel.
“Urusan birokrasi di Israel sangat lambat karena adanya Yom Kippur. Ini hari raya besar orang Yahudi, jadi pergerakan birokrasi dan diplomatiknya sangat lambat,” ungkapnya.
Husein juga menjelaskan soal Kapal Observer yang selamat dari pembajakan militer Israel. Menurutnya, fungsi Kapal Observer adalah untuk menjaga agar tidak semua kapal diculik dan untuk menjaga dokumentasi berharga yang sudah dikumpulkan GSF.
Sementara itu, Dewan Pembina IGPC, KH Bachtiar Nasir, menyatakan pihaknya akan terus mendukung, mengawal dan memantau apapun yang terjadi pada armada GSF. Menurut Bachtiar, penculikan ini akan berdampak pada penahanan terhadap para aktivis. Karenanya, kata dia, masyarakat global harus terus memantau.
“Jangan sampai ada di antara saudara-saudara kami yang mendapatkan perlakuan buruk dari pemerintah Israel. Sudah jelas-jelas kami datang atas nama
dan membawa bantuan yang dibutuhkan oleh saudara-saudara kami di Gaza berupa makanan minum obat-obatan air bersih, keperluan bayi dan keperluan orang-orang tua dan kebutuhan wanita,” ujarnya.
Bachtiar menegaskan kembali bahwa perjalanan GSF memang untuk menembus blokade ilegal Gaza yang sudah berjalan cukup panjang. Masyarakat Gaza sangat membutuhkan bantuan dunia termasuk Indonesia.
“Seluruh dunia dan Indonesia tidak boleh diam, semua mata sedang tertuju kepada GSF yang saat ini menghadapi ancaman. Pembajakan kapal dan penahanan para aktivis ini di luar batas-batas kemanusiaan. Kalau kita sebagai masyarakat sipil dunia tidak bergerak, maka ini tentu akan terjadi hal buruk ke depan,” tandasnya.*
