22 views 2 mins 0 comments

Israel Serang Doha, Inggris dan Prancis Murka.

In Global, Internasional
September 10, 2025

LONDON – Serangan militer Israel yang menargetkan Doha, ibu kota Qatar, telah memicu kecaman keras dari para pemimpin dunia. Inggris dan Prancis menjadi dua negara Eropa terdepan yang melontarkan kritik tajam, menyebut tindakan tersebut sebagai pelanggaran kedaulatan yang berbahaya dan berisiko memperluas konflik di Timur Tengah.

Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, menyatakan bahwa serangan Israel tersebut tidak dapat dibenarkan. Ia menegaskan bahwa tindakan itu secara terang-terangan melanggar kedaulatan Qatar dan dapat memicu eskalasi yang lebih buruk di kawasan yang sudah bergejolak.

“Serangan Israel terhadap Doha melanggar kedaulatan Qatar dan berisiko memicu eskalasi lebih lanjut,” ujar Starmer dalam pernyataannya, Rabu (10/9/2025). Ia kembali mendorong solusi diplomatik dengan menegaskan, “Prioritasnya haruslah gencatan senjata segera, pembebasan sandera, dan lonjakan bantuan besar-besaran ke Gaza.”

Baca juga:
IGPC Kecam Keras Serangan Terhadap Kapal Relawan

Sikap yang lebih tegas datang dari Paris. Presiden Prancis, Emmanuel Macron, menolak mentah-mentah segala pembenaran atas serangan tersebut. Ia secara terbuka menyatakan solidaritas penuhnya kepada Qatar dan pemimpinnya, Emir Sheikh Tamim Al Thani.

“Tidak dapat diterima, apa pun alasannya,” tegas Macron. “Perang tidak boleh menyebar di kawasan ini dalam keadaan apa pun,” lanjutnya, menggarisbawahi kekhawatiran terbesar komunitas internasional saat ini.

Di sisi lain, Israel secara terbuka mengakui bertanggung jawab penuh atas serangan tersebut. Dalam sebuah pernyataan pada Selasa (9/9), kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa operasi itu sepenuhnya independen dan ditujukan untuk memburu para pemimpin Hamas yang dianggap bertanggung jawab atas serangan 7 Oktober 2023.

“Tindakan hari ini terhadap para pemimpin Hamas adalah operasi Israel yang sepenuhnya independen,” bunyi pernyataan dari kantor Netanyahu. “Israel yang memulainya, Israel yang melaksanakannya, dan Israel bertanggung jawab penuh,” tutup pernyataan itu, mengabaikan kritik internasional yang masuk.