
JAKARTA – Bayangkan sebuah dunia di mana batas-batas kemajuan terus didorong, di mana sebuah negara bangkit dari bayang-bayang sejarah untuk menjadi mercusuar inovasi global. Inilah kisah Tiongkok masa kini—sebuah narasi tentang ambisi, ketangguhan, dan visi yang tak kenal lelah untuk membentuk masa depan.
Beredar kabar, bahkan Presiden Putin pernah menyebut bahwa ekonomi Amerika Serikat tertinggal 15 tahun di belakang Tiongkok.
Benarkah demikian? Mari kita telusuri fakta-fakta yang membentuk cerita luar biasa ini, sebuah kisah yang menginspirasi kita untuk bermimpi lebih besar dan bergerak lebih cepat.
Di jantung kebangkitan Tiongkok terdapat ekosistem inovasi yang tak tertandingi. Lihatlah dunia penelitian ilmiah, di mana Tiongkok telah mencatatkan namanya dengan tinta emas. Menurut The Nature Index 2024, tujuh dari sepuluh institusi penelitian teratas di dunia berbasis di Tiongkok.
Dengan pangsa artikel ilmiah yang melonjak signifikan sepanjang 2023, negara ini bukan sekadar mengikuti—ia memimpin. Penelitian berdampak tinggi yang lahir dari laboratorium-laboratorium Tiongkok kini menjadi fondasi bagi terobosan global, mengubah cara kita memahami teknologi, kesehatan, dan alam semesta.
Namun, inovasi sejati tidak hanya lahir dari ide-ide cemerlang; ia membutuhkan perlindungan dan pengakuan. Di sinilah Tiongkok menunjukkan keunggulannya dalam ranah paten. Sejak awal tahun 2000-an, jumlah permohonan paten dari Tiongkok melonjak secara eksponensial, melampaui semua negara lain pada 2010. Pada 2021, lebih dari 1,4 juta permohonan paten diajukan, menyumbang lebih dari separuh total global.
Hingga 2023, perusahaan industri Tiongkok mendaftarkan sekitar 1,6 juta paten, mulai dari model utilitas hingga penemuan dan desain. Yang lebih mengesankan, proses peninjauan paten di Tiongkok kini begitu efisien—hanya memakan waktu 16 bulan untuk paten penemuan—menjadikan negara ini sebagai pusat kreativitas yang gesit dan produktif.
Di balik angka-angka ini, ada kekuatan pendorong yang tak kalah penting: Modal Ventura . Meski pasar investasi sempat melambat sejak puncaknya pada 2018-2021, Tiongkok tetap menjadi salah satu raksasa modal ventura dunia. Pada 2024, pendanaan ventura di Asia—dengan Tiongkok sebagai tulang punggung—mencapai US$65,8 miliar, mendanai startup dari tahap awal hingga raksasa teknologi. Lebih jauh lagi, pada Maret 2025, Tiongkok mengumumkan rencana ambisius untuk membentuk “national venture capital guidance fund” senilai 1 triliun yuan (sekitar US$138 miliar).
Dana ini, yang ditujukan untuk mendukung sektor kuantum, kecerdasan buatan, dan semikonduktor, adalah bukti komitmen Tiongkok untuk tidak hanya mengejar masa depan, tetapi juga menciptakannya. Dengan firma-firma seperti HongShan, IDG Capital, dan Qiming Venture Partners yang mengelola aset bernilai miliaran dolar, ekosistem ventura Tiongkok adalah mesin yang mendorong impian menjadi kenyataan.
Apa yang dihasilkan dari perpaduan penelitian, paten, dan pendanaan ini? Sebuah ekosistem startup yang tidak hanya berkembang, tetapi mendominasi panggung global. Di sektor kendaraan listrik dan teknologi baterai, perusahaan seperti BYD telah menjadikan Tiongkok sebagai pemimpin dalam mobilitas berkelanjutan, menghasilkan kendaraan yang menggerakkan dunia dengan energi bersih.
Di bidang semikonduktor dan kecerdasan buatan, Tiongkok berinvestasi besar-besaran untuk kemandirian teknologi, merancang chip dan model AI yang akan mendefinisikan era digital. Dalam robotika dan otomasi, pabrik-pabrik generasi baru di Tiongkok beroperasi dengan efisiensi yang membuat dunia terkagum-kagum, menetapkan standar baru untuk produksi global.
Tak berhenti di situ, Tiongkok juga menguasai logistik dan perdagangan global melalui raksasa seperti Shein, DJI, dan Alibaba, yang tidak hanya mengikuti arus perdagangan dunia, tetapi menciptakan arus baru. Dan di ranah teknologi mendalam serta infrastruktur, Tiongkok berani bermimpi besar—membangun teknologi luar angkasa, kereta cepat, dan proyek energi terbarukan dalam skala yang belum pernah terbayangkan sebelumnya.
Inilah Tiongkok hari ini: sebuah negara yang menolak untuk hanya menjadi pengikut. Dengan setiap paten yang diajukan, setiap penelitian yang diterbitkan, dan setiap startup yang didanai, Tiongkok membuktikan bahwa masa depan bukanlah sesuatu yang ditunggu—ia adalah sesuatu yang diciptakan. Kisah ini bukan hanya tentang kemajuan teknologi; ini tentang semangat manusia yang tak kenal menyerah, tentang keberanian untuk mengejar visi yang tampak mustahil.
Bagi kita semua, ini adalah panggilan untuk bergerak, untuk berinovasi, dan untuk membangun dunia yang lebih baik—karena jika Tiongkok bisa melakukannya, maka kita semua bisa.
Sedikit bernostalgia, cerita tentang keterkaitan ekosistem inovasi – jumlah patent – dana kelolaan VC – dan pentingnya kehadiran investing society, itu dulu yang saya tulis sebagai salah satu persyaratan seleksi terbuka JPT Madya Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) di tahun 2015 , sebagai sebuah ide untuk mendorong ekonomi kreatif sebagai knowledge and innovation based economy yang digadang-gadang sebagai Tulang Punggung Perekonomian Indonesia di Masa Depan.
Dibutuhkan bukan hanya Good Governance namun barangkali juga Sound Governance (Farazmand 2004) yang mempertimbangkan pengaruh global internasional actor.*
Fadjar Hutomo, ST, MMT, CFP, Deputi Akses Permodalan – Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) RI periode 2015-2019/Staf Ahli Menteri Pariwisata & Ekonomi Kreatif bidang Manajemen Krisis.*
