31 views 2 mins 0 comments

Kisah Tiga Warna Perlawanan Rakyat

In HAM, Politik
September 03, 2025

JAKARTA – Di tengah riuhnya gelombang unjuk rasa dan diskursus politik, muncul sebuah bahasa visual baru yang menyebar cepat di media sosial dan jalanan Indonesia: palet tiga warna perlawanan. ‘Resistance Blue’, ‘Brave Pink’, dan ‘Hero Green’ kini menjadi simbol non-verbal yang sarat makna, mewakili semangat perjuangan rakyat saat ini.

Ketiga warna ini bukan sekadar pilihan estetika, melainkan lahir dari momen-momen krusial perlawanan. Masing-masing memiliki kisah dan arti mendalam yang merepresentasikan berbagai wajah dari perjuangan kolektif masyarakat dalam menyuarakan aspirasinya.

‘Resistance Blue’ atau biru perlawanan, menjadi simbol perlawanan digital. Warna biru tua ini pertama kali populer pada Agustus 2024 sebagai latar grafis “Peringatan Darurat” untuk menolak revisi UU Pilkada. Warna ini secara sadar dipisahkan dari biru muda yang identik dengan koalisi penguasa, menjadikannya lambang perlawanan terhadap kebijakan yang dianggap mengancam demokrasi.

Baca juga:
Disorot PBB atas Kematian Demonstran, Pemerintah Janji Usut Aparat Pelanggar HAM

Berbeda dengan biru yang lahir di dunia maya, ‘Brave Pink’ lahir dari keberanian nyata di jalanan. Ikonnya adalah seorang ibu berhijab merah muda yang tanpa gentar berdiri di garis depan unjuk rasa pada 28 Agustus lalu, berhadapan langsung dengan barikade aparat sambil membawa bendera. Momen tersebut mengubah persepsi warna pink dari kelembutan menjadi simbol kekuatan dan harapan dari rakyat biasa.

Sementara ‘Hero Green’ mewakili solidaritas dan pengorbanan rakyat kecil. Warna hijau cerah ini identik dengan jaket pengemudi ojek online (ojol), yang perannya menjadi sorotan setelah tewasnya Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojol, dalam kericuhan aksi. Hijau kini menjadi lambang perjuangan kaum pekerja dan warga sipil yang berada di jantung pergerakan.

Ketiga warna ini—biru perlawanan digital, pink keberanian individu, dan hijau solidaritas kolektif—telah membentuk sebuah identitas visual yang kuat bagi gerakan protes saat ini. Mereka adalah bukti bahwa di era digital, perlawanan dapat diekspresikan lewat cara yang sederhana namun bergema kuat, mengubah lini masa media sosial dan jalanan menjadi kanvas perjuangan.