
JAKARTA – Pertemuan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) dengan tokoh Islam konservatif, Ustaz Abu Bakar Ba’asyir, di kediamannya di Solo telah memicu analisis politik mendalam.
Momen ini ditafsirkan sebagai “langkah kuda” strategis Jokowi untuk membangun counter-narasi terhadap gelombang kritik dan serangan negatif yang selama ini menyasar dirinya dan keluarga, terutama terkait isu “keluarga Solo”.
Dalam podcast “Ruang Konsensus” yang menghadirkan Direktur Eksekutif Trus Politika, Agung Baskoro, dibahas bagaimana pertemuan ini menjadi kejutan politik.
Agung Baskoro mengakui kekagetannya atas kunjungan seorang tokoh yang selama ini distigmatisasi sebagai representasi Islam garis keras, datang menemui Jokowi yang dikenal sebagai pemimpin nasionalis.
Baca juga:
Kharisma Gibran Makin Bersinar di Tengah Badai Kritik
Pertemuan ini disebut menunjukkan sikap open-minded dari kedua belah pihak, yang penting untuk dialog kebangsaan lintas ideologi.
Agung Baskoro menilai kedatangan Ustaz Abu Bakar Ba’asyir sebagai bentuk pengakuan atas “nilai-nilai positif” yang dimiliki Jokowi, di tengah upaya pendegradasi citra mantan presiden tersebut.
Selain itu, pertemuan ini berfungsi sebagai counter-narasi terhadap isu-isu seperti pemakzulan, ijazah palsu, atau masalah hukum lainnya. Publik diharapkan melihat secara objektif bahwa Jokowi dihormati bahkan oleh tokoh-tokoh yang secara ideologi berseberangan.
Nasihat Abu Bakar Ba’asyir kepada Jokowi untuk “lebih mengabdi kepada Islam” juga menjadi fokus analisis. Agung menafsirkan ini sebagai dorongan agar Jokowi memainkan peran lebih besar dalam isu-isu keumatan, seperti ekonomi syariah, industri halal, atau dukungan terhadap Palestina.
Peran ini bisa diperankan Jokowi melalui instrumen politiknya seperti Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, atau memberikan masukan kepada Presiden Prabowo.
