67 views 12 mins 0 comments

Memahami Aksi Protes: Akar Masalah, Pemicu, dan Distrosi

In Kolom
September 07, 2025

Sebuah riset besar berjudul World Protests 2006–2013 yang dilakukan oleh Isabel Ortiz dkk. menganalisis lebih dari 840 kasus aksi protes di 84 negara. Dari penelitian tersebut, lahir sebuah pola universal: setiap protes berskala nasional selalu dapat dibedah ke dalam tiga kategori utama—akar masalah, pemicu, dan distorsi.

Pola Universal Protes: Akar, Pemicu, dan Distorsi

Akar masalah adalah lapisan terdalam, alasan mendasar yang menghimpun massa dalam sebuah kegelisahan kolektif. Dalam 55–60% kasus yang diteliti, faktor utamanya adalah kegelisahan ekonomi: daya beli yang runtuh, harga pangan yang melonjak, serta lapangan kerja yang menyempit. Ekonomi memukul langsung perut rakyat, dan perut yang lapar selalu lebih jujur daripada jargon politik mana pun.

Pemicu adalah percikan sesaat yang membuat bara kegelisahan menyala menjadi api. Pemicu bisa berupa kenaikan harga bahan bakar, ucapan arogan seorang pejabat, atau sebuah peristiwa tragis yang menyentuh nurani publik. Korban nyawa acapkali menjadi pemicu yang paling emosional. Ketika ada darah rakyat yang tumpah, kualitas kegelisahan kolektif dapat melompat berkali-kali lipat. Namun, pemicu bukanlah akar masalah. Tanpanya, bara mungkin tetap ada, tetapi protes tidak akan membesar menjadi sebuah arus nasional.

Distorsi adalah fase ketika energi murni rakyat dibelokkan. Di sinilah kelompok-kelompok kepentingan mulai menunggangi amarah massa. Provokasi menyusup ke dalam barisan, hingga protes yang semula damai berubah menjadi kerusuhan yang anarkis. Pesan rakyat yang sesungguhnya—tentang harga beras, tentang pajak yang mencekik, tentang pekerjaan—tenggelam dalam asap tebal, kaca-kaca yang pecah, dan api yang melahap gedung.

Studi Kasus: Gelombang Protes Indonesia 2025

Pola ini tampak dengan jelas pada aksi protes yang melanda 32 provinsi di Indonesia pada Agustus–September 2025. Kisahnya berawal dari dapur-dapur sederhana. Harga pangan meroket tajam. Para pekerja di kawasan industri seperti Bekasi dan Karawang menerima surat PHK massal. Startup digital bertumbangan, dan hotel-hotel merumahkan karyawannya.

Di tengah kesulitan itu, pajak bumi dan bangunan (PBB) justru dinaikkan. Surat-surat penagihan berdatangan, bahkan rekening rakyat mulai diblokir. Semua ini adalah rumput kering yang luas, diam, namun hanya menunggu satu percikan api.

Dan pemicu itu pun datang.