
PARIS – Gelombang demonstrasi besar-besaran melanda Prancis pada Rabu (10/9), menyebabkan kelumpuhan total pada sistem transportasi publik dan menjebak ribuan wisatawan dalam ketidakpastian. Aksi ini digelar serentak bertepatan dengan pelantikan Perdana Menteri baru, Sebastien Lecornu, yang menggantikan Francois Bayrou di tengah krisis politik dan ketidakpuasan publik atas kebijakan pemangkasan anggaran.
Sejak Rabu pagi, ribuan pekerja transportasi turun ke jalan, memicu apa yang disebut serikat pekerja kereta api Sud-Rail sebagai “pemogokan besar-besaran”. Akibatnya, ribuan jadwal kereta SNCF di seluruh negeri dibatalkan. Layanan vital di sekitar Paris, seperti RER dan Transilien, hanya beroperasi secara terbatas, sementara layanan metro di pusat kota ikut terganggu akibat bentrokan antara demonstran dan aparat kepolisian.
Baca juga:
Komisi I DPR Desak Pemerintah Evakuasi WNI di Nepal
Kekacauan tidak hanya terjadi di darat. Sektor penerbangan juga terancam lumpuh dengan rencana aksi mogok dari serikat pengendali lalu lintas udara yang dijadwalkan pada 18–19 September mendatang. Pemogokan ini diprediksi akan menjadi salah satu yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir, berpotensi mengganggu ribuan penerbangan dari, ke, dan yang melintasi wilayah udara Prancis.
Wisatawan Menjadi Korban
Bagi turis asing, situasi ini berubah menjadi mimpi buruk. Ratusan pelancong dilaporkan tertahan di stasiun-stasiun ikonik seperti Gare du Nord di Paris, di mana akses masuk terpaksa dialihkan akibat demonstrasi. Banyak dari mereka mengaku kebingungan karena minimnya informasi dan terpaksa membatalkan rencana perjalanan ke destinasi populer seperti Versailles.
Seorang turis asal Italia, Bruno, menceritakan pengalaman menegangkannya saat harus mengevakuasi keluarganya dari stasiun setelah menyaksikan bentrokan. “Saya tidak merasa aman, apalagi ketika bersama anak-anak,” ujarnya.
Meskipun layanan kereta internasional seperti Eurostar dipastikan tetap beroperasi, penumpang menghadapi tantangan besar begitu tiba di Paris. Opsi transportasi lanjutan yang sangat terbatas dan rute alternatif yang penuh sesak membuat mobilitas menjadi sangat sulit.
Gangguan massal ini tidak hanya merugikan para pelancong tetapi juga mengancam citra Prancis sebagai destinasi wisata utama dunia. Hotel, restoran, dan berbagai objek wisata kini menghadapi gelombang pembatalan mendadak, menandakan dampak ekonomi yang lebih luas dari krisis politik yang sedang berlangsung.
