
Tekanan Industri dan Setop Pembelian Tembakau
Meski isu PHK di pabrik mitra telah dibantah, PT Gudang Garam Tbk sendiri diketahui tengah berada dalam situasi bisnis yang menantang. Jauh sebelum kabar ini beredar, perusahaan telah mengambil kebijakan strategis yang berdampak langsung pada rantai pasok utamanya.
Perusahaan telah menghentikan penyerapan komoditas tembakau dari ribuan petani di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, yang selama puluhan tahun menjadi penyuplai utama.
Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) DPC Temanggung, Siyamin, membenarkan langkah tersebut. Menurutnya, kebijakan ini sudah berjalan sejak tahun lalu.
“Gudang Garam sudah tidak ambil tembakau dari Temanggung sejak tahun lalu, itu pun petani tidak masalah,” ungkap Siyamin, seperti dikutip dari KONTAN pada 21 Juni 2025 lalu.
Menurut Siyamin, keputusan Gudang Garam didasari oleh beberapa faktor. Alasan utamanya adalah stok tembakau di gudang perusahaan yang masih melimpah. Selain itu, perusahaan juga menghadapi penurunan omzet penjualan dan penurunan tingkat produksi rokok.
“Itu beberapa macam versi ya, katanya satu, kan GG (Gudang Garam) mengalami penurunan omzet. Kedua, tingkat penjualan dan produksinya yang rokok itu mengalami penurunan juga,” beber Siyamin.
Informasi ini, lanjutnya, diperoleh saat ia bersama beberapa pejabat, termasuk Bupati Temanggung, melakukan kunjungan langsung ke pusat produksi Gudang Garam di Kediri.
“Nah, sampai kalau sampai hari ini katanya stok tembakau Temanggung masih ada. Ini kemarin mengadakan visit ke Kediri, stoknya masih banyak, itu kan alasan dari pihak pabrikan,” jelas Siyamin.
Dengan demikian, sementara rumor PHK di pabrik mitra Tuban terbukti tidak benar, tekanan ekonomi yang dialami industri hasil tembakau—yang tercermin dari kebijakan strategis Gudang Garam terhadap petani—merupakan fakta yang tak terbantahkan.
