
JAKARTA – Nilai tukar rupiah anjlok pada pembukaan perdagangan Selasa (9/9/2025), tertekan oleh sentimen negatif dari dalam negeri. Sentimen pergantian Menteri Keuangan membayangi sentimen positif dari eksternal, membuat rupiah terkoreksi tajam 0,67% ke level Rp 16.410 per dolar AS.
Berdasarkan data Refinitiv, pelemahan ini membalikkan total keuntungan yang diraih pada perdagangan kemarin, Senin (8/9), saat rupiah ditutup perkasa dengan penguatan 0,70% di level Rp 16.300 per dolar AS. Penguatan tersebut bahkan merupakan yang terbesar harian sejak Mei 2025.
Faktor utama yang menekan laju rupiah hari ini adalah respons pasar terhadap pergantian pucuk pimpinan di Kementerian Keuangan. Penunjukan Purbaya Yudhi Sadewa oleh Presiden Prabowo untuk menggantikan Sri Mulyani Indrawati, yang dikenal memiliki kredibilitas global dalam menjaga disiplin fiskal, menimbulkan ketidakpastian di kalangan investor.
Baca juga:
Saham BBCA Diramal Melesat 51%
Ujian bagi Menteri Baru

Chief Economist Bank Permata, Josua Pardede, menilai pasar akan menguji kepemimpinan Menkeu baru pada dua aspek krusial: kesinambungan kebijakan fiskal dan kualitas komunikasi publik.
“Pasar sangat sensitif terhadap sinyal melemahnya disiplin fiskal. Hal itu sudah terlihat dari pelemahan rupiah dan gejolak saham sejak 2024 hingga awal 2025,” ujar Josua.
Ia memperingatkan, dalam jangka pendek, volatilitas di pasar keuangan—termasuk rupiah, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN), serta pasar saham—berisiko meningkat hingga ada pernyataan tegas dari menteri baru yang mampu menenangkan pasar.
Kekhawatiran serupa juga datang dari investor internasional. Jason Tuvey, Deputy Chief Emerging Markets di Capital Economics, London, menyoroti adanya risiko Presiden Prabowo akan melonggarkan aturan fiskal dan menekan Bank Indonesia (BI) untuk lebih akomodatif.
“Hal ini dapat menimbulkan kekhawatiran investor terhadap arah kebijakan keuangan Indonesia,” catat Tuvey.
Sentimen Eksternal Tak Mampu Menahan
Pelemahan rupiah ini terjadi di tengah tren pelemahan dolar AS secara global. Pada pukul 09.00 WIB, Indeks Dolar (DXY) yang mengukur kekuatan greenback terhadap mata uang utama lainnya, terpantau turun ke level 97,66.
Pelemahan dolar ini didorong oleh ekspektasi kuat pasar bahwa bank sentral AS, The Federal Reserve, akan memangkas suku bunga acuannya pada pertemuan 16-17 September mendatang. Namun, sentimen positif ini tak mampu menahan tekanan jual terhadap rupiah yang dipicu oleh faktor domestik.
