118 views 7 mins 0 comments

Skenario Kompetisi Partai di Pemilu 2029: Bagaimana Posisi Gerindra?

In Analisis, Politika
August 11, 2025

Suara Prabowo
Dalam Pemilu 2024 lalu kemenangan presiden Prabowo banyak ditopang oleh peningkatan suara yang tajam pada dua provinsi utama, yaitu Jawa Tengah (naik 5,37%) dan Jawa Timur (naik 5,08%). Sebaliknya, suara Prabowo mengalami penurunan tinggi di Aceh (turun 2,68%) dan Sumatera Barat (turun 2,36%). 

Dari analisis perbandingan suara Prabowo dalam dua pemilu ditemukan standar deviasi sebesar ±1,85%. Angka ini bisa menjadi threshold untuk melihat kenaikan dan penurunan tajam perolehan suara Prabowo pada 2019 dan 2024 (lihat grafis).

Secara historis, Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur adalah basis politik Joko Widodo pada pemilu 2019. Perbandingan suara Jokowi vs. Prabowo pada Pemilu 2019 dapat dilihat sebagai berikut: Jawa Tengah (19,65% vs 7,20%) dan Jawa Timur (18,96% vs 12,30%). 

Sebagai catatan, persentase suara tersebut adalah suara calon per total suara masing-masing secara nasional. Dalam analisis ini, untuk memudahkan perbandingan, persentase suara di provinsi pemekaran Papua dan Papua Barat digabungkan dalam provinsi induk.

Dengan mengaju pada kondisi ini, perubahan konfigurasi politik dan pemilih di kedua provinsi ini akan mempengaruhi suara Prabowo secara nasional dalam Pemilu 2029.

Korelasi
Kenaikan suara Prabowo pada Pilpres 2024 di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang melebihi angka 5 persen, tidak diimbangi dengan kenaikan suara Gerindra secara signifikan di kedua provinsi tersebut. Sebaliknya, penurunan suara Gerindra di Jawa Barat, Aceh, dan Sumatera Barat tidak sedalam penurunan suara Prabowo di tiga provinsi tersebut.

Meski demikian, secara umum terdapat korelasi yang kuat antara suara Gerindra dan Prabowo dalam pemilu 2019 dan 2024. Pada Pemilu 2019, koefisien korelasi (r) = 0,9897 dan pada Pemilu 2024 memiliki koefisien korelasi (r = 0,984). Artinya, variasi suara Gerindra secara praktis dijelaskan oleh variasi suara Prabowo di tingkat provinsi. Outlier ditemukan di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat (lihat grafis).

Implikasinya, jika kinerja pemerintahan menurun atau terjadi ketidakpuasan publik terhadap kondisi ekonomi akan berefek pada penurunan suara Gerindra, begitupun sebaliknya. Karena itu, elite-elite Gerindra seharusnya menjadi pihak yang paling aktif dan berkepentingan menjelaskan capaian kinerja pemerintah, baik di DPR maupun pemerintah.

Suara Gerindra
Selain penguatan infrastruktur partai, faktor eksternal seperti pilihan terhadap sistem pemilu, model pelaksanaan pilkada, atau waktu keserentakan pemilu akan mempengaruhi peluang Gerindra menjadi pemenang pemilu 2029.

Di internal partai, sejumlah penyegaran telah dilakukan, seperti penunjukkan Sugiono sebagai Sekretaris Jenderal menggantikan Ahmad Muzani yang sudah menjabat sejak 2008, serta Satrio Dimas Adityo menggantikan Thomas Djiwandono sebagai Bendahara Umum. 

Namun, kondisi itu sepertinya belum cukup untuk membuat Gerindra bisa tampil jadi pemenang. Dibutuhkan tokoh yang fokus membesarkan partai di tengah hampir semua elite utama partai yang kini menempel ke RI 1.

Ketergantungan besar Gerindra pada Prabowo Subianto bisa menjadi berkah, tetapi tanpa pembaruan dan inovasi politik, partai ini akan kesulitan menjaga memomentum elektoral.*

Arya Fernandes, Peneliti CSIS.

*Artikel sebelumnya telah dimuat di: www.aryafernandes.com.