
JAKARTA – Pengemudi wajib pastikan kesiapan kondisi dirinya dan kendaraannya sebelum mengemudi
Saat ini kecelakaan bus dan truk di jalan raya menjadi sesuatu yang menakutkan dan menghantui para pengguna jalan. Hampir setiap hari selalu ada berita bus dan truk yang mengalami kecelakaan, dan faktor utama penyebabnya selalu ditengarai oleh human factor atau faktor manusia. Kecelakaan selalu diawali oleh adanya hazard (bahaya). Adanya hazard atau bahaya inilah yang kemudian meningkatkan risiko orang celaka saat berlalu lintas di jalan.
Kecelakaan lalu lintas di jalan, hanya dapat terjadi karena tiga keadaan, yaitu (1) pengemudi tidak dapat mengendalikan kendaraannya; (2) pengemudi tidak dapat mengenali jalan dan lingkungannya; dan (3) pengemudi tidak dapat memahami gerakan pengguna jalan lainnya (Transport Research Laboratory, London, 1991).
Beberapa contoh kecelakaan sebagai berikut (1) kecelakaan bus wisata di Mojokerto (pengemudi mengalami microsleep ); (2) kecelakaan rem blong pada bus dan truk (rem tidak berfungsi); (3) kecelakaan bus di Belik Pemalang karena pengemudi tidak mengenali jalan; (4) kecelakaan bus di Gerbang Tol Cipali karena rambu petunjuknya kurang jelas; (5) kecelakaan tabrak depan belakang di jalan tol; dan (6) kecelakaan blindspot pada bus dan truk besar.
Pertama, truk ngeblong di jalur Gekbrong Sukabumi-Cianjur . Tanggal 30 Juli 2016, truk mengalami rem blong di Jalur Gekbrong dan menewaskan 18 orang dan puluhan orang luka berat. Kecepatan truk mencapai 100 km/jam, posisi gigi netral. Fakta, jenis sistem rem kombinasi (AOH), pengemudi menggunakan gigi 5 saat melalui jalan menurun panjang, jalan berkelok dan menurun panjang, tekanan angin kurang 6 bar.
Faktor penyebab tekanan angin di bawah standar, dipicu oleh pengemudi menggunakan gigi tinggi pada jalan menurun panjang dan melakukan pengereman berulang
Kedua, Bus AKAP terguling di Tol Pemalang. Tanggal 11 Juli 2021, sebuah Bus AKAP terguling di jalan tol Pemalang Batang, terdapat 19 orang yang mengalami luka berat dan 8 orang meninggal di tempat. Fakta, bus melaju pada lajur kanan dengan kecepatan 90 km/jam, pada jarak kurang dari 20 meter truk di depannya tiba tiba berpindah lajur dari dari lajur kiri ke lajur kanan.
Untuk menghindari tabrakan pengemudi bus membanting kemudi ke kiri, tabrakan dapat dihindarkan namun bus kehilangan kendali dan terguling. Hasil wawancara pengemudi truk saat itu pengemudi mengalami microsleep (tidur saat mengemudi) akibat mengkonsumsi obat flu 3 kali berturut turut mulai dari Cakung, Indramayu dan terakhir di Tegal. Sebelum mengemudi pengemudi sudah merasakan sakit flu.
Ketiga, Bus AKAP masuk jurang di Belik (Kab. Pemalang). Tanggal 18 Desember 2016 Bus AKAP masuk jurang di daerah Belik – Pemalang, 8 orang meninggal dunia dan puluhan lainnya luka berat. Pengemudi baru pertama kali melewati jalur tersebut, karena menghindari macet di jalur utama Tegal Purwokerto.
Fakta, kecelakaan terjadi pada malam hari sekitar jam 11 malam, lokasi kejadian adalah tikungan patah. Berdasarkan penjelasan pengemudi tidak mengetahui adanya tikungan. Pengemudi tidak melakukan pengereman, karena dianggapnya jalan lurus. Pada titik kejadian ditemukan 8 titik PJU tidak berfungsi dan tidak terdapat informasi lainnya yang menunjukkan adanya tikungan patah 90 derajat.
Keempat, Bus Wisata rem blong di Subang . Sebuah bus wisata mengalami rem blong di jalan Bandung – Subang sesudah Tangkuban Perahu, 11 orang meninggal dunia dan puluhan lainnya luka luka. Fakta, bus kehilangan kendali karena rem tidak berfungsi. Hasil investigasi menemukan adanya kebocoran massive pada relay valve yang dipicu adanya oli yang berasal dari tabung angin.
Selain itu, jarak kampas terhadap tromol juga tidak standar sehingga mempercepat pembuangan angin. Pengemudi tidak melakukan pemeriksaan rem sebelum beroperasi sehingga tidak mengetahui adanya kebocoran tersebut. Pengemudi baru pertama kali membawa bus tersebut.
Kelima, Bus Wisata menbabrak tiang VMS di Jalan Tol Mojokerto – Surabaya . Sebuah bus wisata menabrak tiang VMS pada jalan tol Mojokerto Surabaya yang mengakibatkan 14 orang meninggal dunia dan puluhan lainnya mengalami luka luka.
Fakta, pengemudi mengalami microsleep (tidur saat mengemudi) yang diakibatkan kelelahan karena jadwal perjalanan ( itinerary ) wisata dari hari Sabtu hingga Senin tanpa istirahat nonstop, mulai dari Surabaya – Dieng – Yogyakarta – Surabaya tanpa menggunakan pengemudi cadangan.
Kesimpulan fakta
Dari lima kasus kecelakaan tersebut, dapat disimpulkan, bahwa kecelakaan pada bus dan truk yang terjadi di Indonesia dapat dikelompokkan pada beberapa katagori.
Pertama, kecelakaan rem blong yang selalu terjadi pada jalan menurun dan memiliki pola yang sama yaitu pengemudi menggunakan gigi tinggi saat melalui jalan menurun, melakukan pengereman berulang, sehingga mengakibatkan rem tidak berfungsi, memindahkan gigi di jalan menurun saat rem tidak berfungsi sehingga menyebabkan gigi masuk ke posisi netral dan berakhir dengan tabrakan hebat karena kecepatan kendaraan bisa mencapai 100 km/jam bahkan lebih karena melaju pada jalan menurun dalam posisi gigi netral.
Kedua, kecelakaan rem blong yang dipicu rem tidak berfungsi karena mengalami malfunction pada sistem rem, hal ini disebabkan karena pengemudi tidak melakukan pemeriksaan kendaraan sebelum beroperasi ( pre-trip inspection )
Ketiga, kecelakaan masuk jurang atau terguling akibat pengemudi tidak memahami jalan yang disebabkan minimnya informasi terkait kondisi jalan dan lingkungannya. Keempat, kecelakaan yang disebabkan pengemudi mengalami microsleep (tidur saat mengemudi) yang dipicu akibat mengemudi lebih dari 12 jam tanpa istirahat atau mengemudi dalam kondisi sakit dan mengkonsumsi obat.
